Teks Eksplanasi adalah teks yang bertujuan menjelaskan proses terjadinya suatu fenomena baik fenomena alam maupun fenomena sosial. Salah satu fenomena sosial yang pernah terjadi di negara kita adalah menurunya nilai tukar rupiah. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika mengakibatkan terjadinya keresahan dalam masyarakat. Pelemahan itu dapat berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak. Pada contoh teks tersebut tidak hanya diemukan teks eksplanasi, tetapi juga teks eksposisi. Eksposisi adalah teks atau karangan yang terkandung sejumlah informasi dan pengetahuan yang disajikan secara singkat, padat, dan akurat. Perhatikan contoh teks di bawah ini.
Rupiah akan Bertahan
Nilai tukar rupiah yang melemah sekitar 14% sepanjang tahun 2013 membuat pemerintah, swasta, dan masyarakat waswas. Kekhawatiran ini wajar, karena Indonesia punya pengalaman pahit ketika nilai tukar rupiah terpuruk tajam. Saat krisis keuangan melanda Asia Tenggara dan Asia Timur pada 1997, nilai tukar rupiah pernah menyentuh angka Rp17.000,00 per dolar Amerika. Banyak perusahaan terpaksa dipindahtangankan kepemilikannya, karena utang luar negeri yang mereka miliki membelit kesehatan keuangan perusahaan.
Krisis keuangan itu juga berimbas ke krisis politik, mengakibatkan pergantian kepemimpinan nasional, dan krisis sosial. Belajar dari pengalaman pahit ini, pemerintah tentu tak mau kejadian buruk itu terulang. “Saya melihat kondisi sekarang berbeda jauh dari keadaan 15 tahun lalu, karena tidak ada kepentingan politik di balik pelemahan rupiah sekarang ini,” kata Mohammad “Bob” Hasan, mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
Hanya saja, Bob Hasan menambahkan, pemerintah harus hati-hati, karena kali ini Indonesia menghadapi empat defisit secara bersamaan. Yaitu defisit perdagangan, defisit transaksi berjalan, defisit pembayaran, serta defisit anggaran pendapatan dan belanja negara. “Belum pernah kita mengalami empat defisit secara bersamaan seperti sekarang ini,” katanya.
Namun masyarakat dan pemerintah, kata Bob Hasan, tak perlu panik, karena Indonesia memiliki banyak modal untuk bisa bertahan. Pertama adalah pasar dalam negeri yang kuat. Indonesia tak hanya memiliki jumlah penduduk yang besar, melainkan juga memiliki lebih dari 100 juta penduduk
yang punya daya beli kuat.
Hal kedua yang merupakan kekuatan Indonesia adalah sumber daya alam yang bisa diolah. “Kita memiliki lahan yang bisa dikembangkan untuk pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Kita memiliki laut yang luas yang bisa digarap. Kita memiliki sumber daya mineral yang cukup banyak,” ujarnya.
Indonesia juga memiliki alam yang lebih bersahabat dibandingkan dengan negara lain. Korea Selatan, Jepang, atau Hong Kong, misalnya, tidak memiliki sumber daya alam sebanyak Indonesia. Hampir setiap saat mereka diganggu oleh bencana alam seperti topan dan badai besar, yang membuat mereka
bahkan tidak bisa keluar rumah.
Indonesia beruntung tidak mengalami gangguan alam seperti itu. Sesekali terjadi gempa bumi di suatu daerah, tetapi tidak seperti bangsa Jepang atau Korea Selatan yang hampir seluruh negerinya tidak bisa melakukan apa-apa ketika angin topan menerjang negara mereka.
Kalau bangsa Jepang, Korea, dan Hong Kong bisa keluar dari terpaan bencana, Indonesia tentu juga mampu menghadapi krisis. Termasuk krisis keuangan yang sedang terjadi saat ini. “Saya yakin rupiah akan bertahan, dan kita akan bisa memperkuat perekonomian kita,” katanya.
Pelemahan nilai tukar justru merupakan momentum untuk memperkuat industri dalam negeri dan meningkatkan ekspor. “Kita harus belajar dari Jepang yang justru bergembira ketika nilai yen melemah,” kata Bob Hasan. Barangbarang produksi Jepang menjadi lebih kompetitif di pasar dan perusahaan Jepang langsung mendapat untung dari besarnya depresiasi nilai tukar yang terjadi. Kalau nilai yen melemah, dari 90 yen menjadi 120 yen per dolar Amerika, perusahaan Jepang otomatis mengantongi untung 25% dari perubahan kurs.
Perusahaan-perusahaan Indonesia yang berorientasi ekspor tentu menikmati keuntungan dari pelemahan rupiah seperti sekarang ini. Bahkan para petani perkebunan bersyukur atas harga dalam denominasi rupiah yang menjadi lebih tinggi. Inilah yang juga terjadi pada 1998, ketika para petani perkebunan menikmati keuntungan besar.
Memang yang akan memberatkan adalah barang-barang kebutuhan yang berasal dari impor. Harga susu untuk bayi, misalnya, menjadi lebih mahal. Padahal, susu dibutuhkan untuk pembentukan otak bayi.
Secara keseluruhan, kalau Indonesia mampu memperkuat struktur ekonomi dan industri dalam negeri, keadaan sekarang ini bisa dijadikan sebagai modal untuk maju. “Saya mendukung langkah pemerintah untuk menghemat devisa dengan mengurangi impor yang tidak perlu,” katanya.
Saat ini bisa dilihat banyaknya mobil yang terlalu mewah digunakan masyarakat. Mobil seperti Rolls Royce, Bentley, dan Ferrari merupakan sesuatu yang tidak dibutuhkan saat ini. Namun Indonesia menjadi konsumen terbesar kedua di dunia setelah Cina untuk mobil-mobil seperti itu.
Langkah pemerintah menaikkan lebih tinggi bea masuk untuk barang-barang yang supermewah seperti itu merupakan kebijakan yang tepat. “Kalau perlu, kenaikan bea masuk 200% agar bangsa Indonesia bisa lebih efisien dalam menggunakan devisa yang dimiliki,” ujarnya.
Satu hal yang perlu dijaga adalah kemungkinan meningkatnya penyelundupan. Sebagai negara dengan luas pantai terpanjang di dunia, terlalu banyak pelabuhan yang bisa menjadi pintu masuk bagi barang selundupan. Karena itu, akan baik jika petugas Bea dan Cukai sebagian dipindahkan untuk mengawasi mal-mal. “Bea dan Cukai bisa mengenakan sanksi kepada toko-toko yang menjual barang impor yang tidak membayar bea masuk,” kata Bob Hasan.
Hal lain yang mesti diperhatikan pemerintah adalah pengamanan pangan, khususnya yang bersumber dari impor seperti kedelai. Bahan baku tahu dan tempe ini harus dijaga agar harganya tak melambung. Sehingga harga tahu dan tempe, yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, tetap terjangkau. (Sumber: Gatra no. 43 tahun XIX 29 Agustus-4 September 2013 halaman 1)
Perbedaan Eksplanasi dan Eksposisi
Pada teks di atas tidak hanya menemukan teks eksplanasi, tetapi juga teks eksposisi. Perbedaan struktur teks eksplanasi dengan teks eksposisi antara lain sebagai berikut.
Nilai tukar rupiah yang melemah sekitar 14% sepanjang tahun 2013 membuat pemerintah, swasta, dan masyarakat waswas. Kekhawatiran ini wajar, karena Indonesia punya pengalaman pahit ketika nilai tukar rupiah terpuruk tajam. Saat krisis keuangan melanda Asia Tenggara dan Asia Timur pada 1997, nilai tukar rupiah pernah menyentuh angka Rp17.000,00 per dolar Amerika. Banyak perusahaan terpaksa dipindahtangankan kepemilikannya, karena utang luar negeri yang mereka miliki membelit kesehatan keuangan perusahaan.
Krisis keuangan itu juga berimbas ke krisis politik, mengakibatkan pergantian kepemimpinan nasional, dan krisis sosial. Belajar dari pengalaman pahit ini, pemerintah tentu tak mau kejadian buruk itu terulang. “Saya melihat kondisi sekarang berbeda jauh dari keadaan 15 tahun lalu, karena tidak ada kepentingan politik di balik pelemahan rupiah sekarang ini,” kata Mohammad “Bob” Hasan, mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
Hanya saja, Bob Hasan menambahkan, pemerintah harus hati-hati, karena kali ini Indonesia menghadapi empat defisit secara bersamaan. Yaitu defisit perdagangan, defisit transaksi berjalan, defisit pembayaran, serta defisit anggaran pendapatan dan belanja negara. “Belum pernah kita mengalami empat defisit secara bersamaan seperti sekarang ini,” katanya.
Namun masyarakat dan pemerintah, kata Bob Hasan, tak perlu panik, karena Indonesia memiliki banyak modal untuk bisa bertahan. Pertama adalah pasar dalam negeri yang kuat. Indonesia tak hanya memiliki jumlah penduduk yang besar, melainkan juga memiliki lebih dari 100 juta penduduk
yang punya daya beli kuat.
Hal kedua yang merupakan kekuatan Indonesia adalah sumber daya alam yang bisa diolah. “Kita memiliki lahan yang bisa dikembangkan untuk pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Kita memiliki laut yang luas yang bisa digarap. Kita memiliki sumber daya mineral yang cukup banyak,” ujarnya.
Indonesia juga memiliki alam yang lebih bersahabat dibandingkan dengan negara lain. Korea Selatan, Jepang, atau Hong Kong, misalnya, tidak memiliki sumber daya alam sebanyak Indonesia. Hampir setiap saat mereka diganggu oleh bencana alam seperti topan dan badai besar, yang membuat mereka
bahkan tidak bisa keluar rumah.
Indonesia beruntung tidak mengalami gangguan alam seperti itu. Sesekali terjadi gempa bumi di suatu daerah, tetapi tidak seperti bangsa Jepang atau Korea Selatan yang hampir seluruh negerinya tidak bisa melakukan apa-apa ketika angin topan menerjang negara mereka.
Kalau bangsa Jepang, Korea, dan Hong Kong bisa keluar dari terpaan bencana, Indonesia tentu juga mampu menghadapi krisis. Termasuk krisis keuangan yang sedang terjadi saat ini. “Saya yakin rupiah akan bertahan, dan kita akan bisa memperkuat perekonomian kita,” katanya.
Pelemahan nilai tukar justru merupakan momentum untuk memperkuat industri dalam negeri dan meningkatkan ekspor. “Kita harus belajar dari Jepang yang justru bergembira ketika nilai yen melemah,” kata Bob Hasan. Barangbarang produksi Jepang menjadi lebih kompetitif di pasar dan perusahaan Jepang langsung mendapat untung dari besarnya depresiasi nilai tukar yang terjadi. Kalau nilai yen melemah, dari 90 yen menjadi 120 yen per dolar Amerika, perusahaan Jepang otomatis mengantongi untung 25% dari perubahan kurs.
Perusahaan-perusahaan Indonesia yang berorientasi ekspor tentu menikmati keuntungan dari pelemahan rupiah seperti sekarang ini. Bahkan para petani perkebunan bersyukur atas harga dalam denominasi rupiah yang menjadi lebih tinggi. Inilah yang juga terjadi pada 1998, ketika para petani perkebunan menikmati keuntungan besar.
Memang yang akan memberatkan adalah barang-barang kebutuhan yang berasal dari impor. Harga susu untuk bayi, misalnya, menjadi lebih mahal. Padahal, susu dibutuhkan untuk pembentukan otak bayi.
Secara keseluruhan, kalau Indonesia mampu memperkuat struktur ekonomi dan industri dalam negeri, keadaan sekarang ini bisa dijadikan sebagai modal untuk maju. “Saya mendukung langkah pemerintah untuk menghemat devisa dengan mengurangi impor yang tidak perlu,” katanya.
Saat ini bisa dilihat banyaknya mobil yang terlalu mewah digunakan masyarakat. Mobil seperti Rolls Royce, Bentley, dan Ferrari merupakan sesuatu yang tidak dibutuhkan saat ini. Namun Indonesia menjadi konsumen terbesar kedua di dunia setelah Cina untuk mobil-mobil seperti itu.
Langkah pemerintah menaikkan lebih tinggi bea masuk untuk barang-barang yang supermewah seperti itu merupakan kebijakan yang tepat. “Kalau perlu, kenaikan bea masuk 200% agar bangsa Indonesia bisa lebih efisien dalam menggunakan devisa yang dimiliki,” ujarnya.
Satu hal yang perlu dijaga adalah kemungkinan meningkatnya penyelundupan. Sebagai negara dengan luas pantai terpanjang di dunia, terlalu banyak pelabuhan yang bisa menjadi pintu masuk bagi barang selundupan. Karena itu, akan baik jika petugas Bea dan Cukai sebagian dipindahkan untuk mengawasi mal-mal. “Bea dan Cukai bisa mengenakan sanksi kepada toko-toko yang menjual barang impor yang tidak membayar bea masuk,” kata Bob Hasan.
Hal lain yang mesti diperhatikan pemerintah adalah pengamanan pangan, khususnya yang bersumber dari impor seperti kedelai. Bahan baku tahu dan tempe ini harus dijaga agar harganya tak melambung. Sehingga harga tahu dan tempe, yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, tetap terjangkau. (Sumber: Gatra no. 43 tahun XIX 29 Agustus-4 September 2013 halaman 1)
Perbedaan Eksplanasi dan Eksposisi
Pada teks di atas tidak hanya menemukan teks eksplanasi, tetapi juga teks eksposisi. Perbedaan struktur teks eksplanasi dengan teks eksposisi antara lain sebagai berikut.
No. | Teks Eksposisi | Teks Eksplanasi |
1. | Eksposisi adalah teks atau karangan yang terkandung sejumlah informasi dan pengetahuan yang disajikan secara singkat, padat, dan akurat. | Eksplanasi adalah teks yang bertujuan menjelaskan proses terjadinya suatu fenomena baik fenomena alam maupun fenomena sosial. |
2. |
|
|
3. | Tujuan teks eksposisi adalah pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas-jelasnya atau memaparkan sesuatu agar pengetahuan pembaca bertambah. | Tujuan teks eksplanasi adalah untuk menjelaskan sutu gejala atau proses pada peristiwa yang terjadi. baik itu peristiwa alam maupun peristiwa sosial. |
4. | Ciri-ciri teks eksposisi: Bersifat informatif Berusaha menjelaskan tentang suatu hal | Ciri-ciri teks eksplanasi: Memuat informasi berdasarkan faktual Memuat informasi yang yang bersifat keilmuan |
A. Penanda Eksplanasi
Unsur yang jelas mendukung bahwa teks Rupiah akan Bertahan sebagai teks eksplanasi karena teks tersebut mengandung struktur teks eksplanasi yaitu pernyataan umum tentang menurunnya rupiah dan unsur sebab-akibat. Sebab yang ditimbulkan dari penurunan nilai rupiah dan akibatnya. Hubungan sebab akibat dapat dinyatakan dengan kategori nomina, verba, dan konjungsi.
- Hubungan sebab akibat dapat juga dinyatakan dengan kategori nomina. Selain akibat, akibatnya, sebagai akibat, jadi dan hasilnya
- Hubungan Kausal yang Dinyatakan dengan Kategori Verba. Hubungan kausal yang dinyatakan dengan kategori verba seperti menyebabkan, menimbulkan, mengakibatkan, membuat, menjadikan, menyumbang. Contoh : Krisis keuangan itu juga berimbas ke krisis politik, mengakibatkan pergantian kepemimpinan nasional, dan krisis sosial.
- Hubungan Kausal yang Dinyatakan dengan Konjungsi . Hubungan sebab akibat dapat juga dinyatakan dengan konjungsi seperti sebab, karena, akibat. Contoh : Banyak perusahaan terpaksa dipindahtangankan kepemilikannya, karena utang luar negeri yang mereka miliki membelit kesehatan keuangan perusahaan.
Konjungsi Eksternal dan Internal
Teks eksplanasi menggunakan konjungsi eksternal, yakni konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks.
Konjungsi Eksternal yaitu konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi benda, atau kausalitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks. Konjungsi eksternal banyak digunakan pada genre (jenis teks) : laporan, deskripsi, eksplanasi, rekonstruksi, dan prosedur. Hal tersebut dikarenakan kelima genre tersebut merupakan pengungkapan deskripsi peristiwa dan kualitas. Konjungsi eksternal dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori makna, yaitu :
- Penambahan (dan, atau). Contoh : Korea Selatan, Jepang, atau Hong Kong, misalnya, tidak memiliki sumber daya alam sebanyak Indonesia.
- Perbandingan (tetapi, sementara)
- Waktu (setelah, sebelum, sejak, ketika). Contoh : Namun Indonesia menjadi konsumen terbesar kedua di dunia setelah Cina untuk mobil-mobil seperti itu
- Sebab akibat (sehingga, karena, sebab, jika, walaupun, meskipun). Contoh : Sehingga harga tahu dan tempe, yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, tetap terjangkau.
Konjungsi Internal yaitu konjungsi yang menghubungkan argumen atau ide yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa. Konjungsi internal banyak digunakan dalam genre (jenis teks) eksposisi, diskusi, atau eksploitasi. Hal ini terjadi karena ketiga genre tersebut secara utuh merupakan ekspresi pengungkapan gagasan dengan mengunakan argumentasi. Konjungsi eksternal dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori makna, yaitu :
- Penambahan (selain itu, di samping itu, lebih lanjut)
- Perbandingan (akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di sisi lain)
- Waktu (pertama, kedua…dst., kemudian, lalu, berikutnya)
- Sebab akibat (sebagai akibat, akibatnya, jadi, hasilnya)
Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang berwujud kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
Klausa Kompleks yaitu klausa yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur. Struktur yang satu dengan struktur yang lainnya dihubungkan oleh konjungsi. Namun hubungan itu sering ditunjukkan hanya dengan tanda baca koma ( , ) atau titik koma ( ; ) bahkan tidak ditunjukkan oleh tanda baca apa pun.
Contoh : Namun masyarakat dan pemerintah, kata Bob Hasan, tak perlu panik, karena Indonesia memiliki banyak modal untuk bisa bertahan.
Klausa Simpleks yaitu klausa yang hanya terdiri atas satu verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa atau keadaan. Klausa simpleks hanya mengandung satu struktur : subjek-predikat-(pelengkap)-(keterangan). Unsur yang diletakkan di dalam kurung belum tentu ada dalam klausa.
Contoh : Indonesia beruntung tidak mengalami gangguan alam seperti itu.
Di dalam teks tersebut terkandung beberapa argumentasi yang merupakan bagian dari unsur teks eskposisi. Selain argumentasi di dalam teks tersebut juga terdapat dua struktur lain yaitu Pernyataan pendapat (tesis) dan penegasan ulang.
Selain itu pada teks eksposisi biasanya menggunakan kata ganti atau pronomina, seperti: saya, kita dan kami.
- “Saya melihat kondisi sekarang berbeda jauh dari keadaan 15 tahun lalu, karena tidak ada kepentingan politik di balik pelemahan rupiah sekarang ini,” kata Mohammad “Bob” Hasan, mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
- “Saya yakin rupiah akan bertahan, dan kita akan bisa memperkuat perekonomian kita,” katanya.
- “Saya mendukung langkah pemerintah untuk menghemat devisa dengan mengurangi impor yang tidak perlu,” katanya.
- “Kita harus belajar dari Jepang yang justru bergembira ketika nilai yen melemah,” kata Bob Hasan.
- “Belum pernah kita mengalami empat defisit secara bersamaan seperti sekarang ini,” katanya.
- “Kita memiliki lahan yang bisa dikembangkan untuk pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Kita memiliki laut yang luas yang bisa digarap. Kita memiliki sumber daya mineral yang cukup banyak,” ujarnya.
Teks eksposisi juga menggunakan verba yang menyatakan persepsi, seperti: yakin, optimis, dan potensial. Seperti pada kalimat “Saya yakin rupiah akan bertahan, dan kita akan bisa memperkuat perekonomian kita,” katanya.
Penanda Opini
Dapatkah kalian menemukan penanda opini pada teks tersebut! Sebutkan kata-kata apa saja yang menunjukkan opini pada teks tersebut!
Beberapa contoh kalimat yang merupakan opini dalam teks tersebut antara lain sebagai berikut.
- Opini tidak atau belum pasti. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata-kata, seperti barangkali, mungkin, bisa jadi, boleh jadi, kira-kira, atau diperkirakan.
- Bersifat pengandaian. Kata yang biasa digunakan misalnya andaikan, seandainya, kalau, jika, jikalau, bila, bilamana, asal, atau asalkan.
- Pernyataan yang berupa saran, nasihat, atau usul. Kata yang digunakan biasanya kata keterangan, misalnya sebaiknya, alangkah baiknya, seharusnya, sesungguhnya, atau sebenarnya.
- Pernyataan yang mengadung subjektivitas pribadi. Kata yang digunakan, misalnya ingin, akan, mau, terasa atau mampu.
Beberapa contoh kalimat yang merupakan opini dalam teks tersebut antara lain sebagai berikut.
- “Saya melihat kondisi sekarang berbeda jauh dari keadaan 15 tahun lalu, karena tidak ada kepentingan politik di balik pelemahan rupiah sekarang ini,” kata Mohammad “Bob” Hasan, mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
- “Belum pernah kita mengalami empat defisit secara bersamaan seperti sekarang ini,” katanya.
- Namun masyarakat dan pemerintah, kata Bob Hasan, tak perlu panik, karena Indonesia memiliki banyak modal untuk bisa bertahan.
- “Saya yakin rupiah akan bertahan, dan kita akan bisa memperkuat perekonomian kita,” katanya.
- “Kita memiliki lahan yang bisa dikembangkan untuk pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Kita memiliki laut yang luas yang bisa digarap. Kita memiliki sumber daya mineral yang cukup banyak,” ujarnya.
- “Kalau perlu, kenaikan bea masuk 200% agar bangsa Indonesia bisa lebih efisien dalam menggunakan devisa yang dimiliki,” ujarnya.
- “Saya mendukung langkah pemerintah untuk menghemat devisa dengan mengurangi impor yang tidak perlu,” katanya.
- “Bea dan Cukai bisa mengenakan sanksi kepada toko-toko yang menjual barang impor yang tidak membayar bea masuk,” kata Bob Hasan.