Selamat datang di , pada kesempatan yang baik ini, akan sedikit membahas mengenai “PNI di Ternate” & tanpa berlama-lama, simaklah dengan seksama ulasan yang paparkan berikut. Selamat membaca!!!
Dalam bukunya Ricklefs (2005: 378) menerangkan bahwa pada tahun 1928, Bung Karno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang merupakan penjelmaan dari Algemene Studie Clup yang didirikan Bung Karno pada tanggal 4 Juli 1927. Hanya setahun setelah berdirinya PNI, pada tahun 1929 tiba di Ternate tiga propagandis PNI. Kedatangan ketiga juru kampanye PNI itu telah mencairkan trauma politik rakyat Ternate & demam politik rakyat Maluku Utara kembali merebak.
Dalam bukunya Ricklefs (2005: 378) menerangkan bahwa pada tahun 1928, Bung Karno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang merupakan penjelmaan dari Algemene Studie Clup yang didirikan Bung Karno pada tanggal 4 Juli 1927. Hanya setahun setelah berdirinya PNI, pada tahun 1929 tiba di Ternate tiga propagandis PNI. Kedatangan ketiga juru kampanye PNI itu telah mencairkan trauma politik rakyat Ternate & demam politik rakyat Maluku Utara kembali merebak.
PNI disambut dengan baik/antusias, terutama di kalangan kawula muda Ternate. Nyonya Suweda (Ibu Eba) adalah perempuan pertama yang masuk partai politik itu.
Dalam suatu wawancara dengan penulis pada tahun 1995, sebelum almarhumah tutup usia, bertempat di rumahnya di kampung Santiong Ternate, Ibu Eba menyatakan bahwa ia pada usia remaja masuk PNI karena tertarik dengan tokoh pendirinya, yakni Bung Karno. Namun masuknya PNI ke Maluku Utara bertepatan dengan waktu di mana trauma rakyat pada politik masih belum sembuh, lantaran tindakan-tindakan Pemerintahan Belanda terhadap pengurus PKI & Budi Mulya yang baru lewat setahun. Oleh karena itu ketiga juru Kampanye PNI bersikap sangat hati-hati.
Mereka tidak dapat berkampanye secara terbuka, dikarenakan mereka selalu diikuti para mata-mata polisi, ketiga juru kampanye itu kemudian akhirnya menghilang & kembali ke Jawa.
Meskipun situasi yang dihadapi tidaklah kondusif, ketiga juru kampanye PNI itu berhasil menanamkan ide-ide PNI secara baik, khususnya gagasan-gagasan pendiri PNI Bung Karno. Pada tahun 1929 Pemerintah Belanda mengambil langkah berupa tindakan kepada PNI, yaitu dengan menangkap Bung Karno & pimpinan PNI lainnya.
Mereka kemudian digiring ke pengadilan di Bandung pada akhir tahun 1930. Pledoi (pidato pembelaan diri di depan pengadilan) Bung Karno yang sangat cemerlang dalam proses pengadilan itu tidak mampu menghalanginya ke penjara. Bung Karno tetap dinyatakan bersalah & dihukum.
Penangkapan Bung Karno telah berdampak pada PNI Maluku Utara yang baru berumur setahun, mengalami kelumpuhan total. Juru Kampanya yang dari Jawa telah menghilang secara misterius, & segala aktifitas partai yang baru tumbuh itu mulai lenyap . Bahkan para pemuda yang menjadi aktivisnya seperti Sabtu Mataoga, Ahmad Biyan, Ibu Eba, harus melakukan kegiatan partainya secara sembunyi-sembunyi. Kegiatan politik PNI maupun partai-partai lain, seperti PSII, kembali mengalami keterpurukan, ketika Bung Karno yang memperoleh pembebasan bersyarat dari penjara Sukamiskin Bandung kembali ditangkap & dideportasikan ke Ende di Flores untuk menjalani hukumannya pada Agustus 1933.
Jadi demikianlah ulasan yang pada kesempatan kali ini yang dapat dibahas di . Semoga bermanfaat & menambah wawasan sejarah masa itu. Dan belajarlah dari sejarah, supaya kedepannya kita dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, & bermanfaat untuk diri sendiri & demi bangsa kita Indonesia. Cukup sekian & sampai Jumpa!! Semoga Anda Sukses!!! bye..bye.
Sumber buku bacaan
Recklefs, M. C., 2005, Sejarah Indonesi Modern 1200-2004, Jakarta: Serambi
M. Adnan Amal, 2010, Kepulauan Rempah-rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, Jakarta: KPG.